KABARBURSA.COM - Harga emas dunia kembali mencetak rekor tertinggi pada Selasa waktu Amerika atau Rabu dini hari WIB karena didorong oleh aksi investor yang buru-buru masuk ke aset safe-haven setelah China membalas kebijakan tarif AS dengan bea masuk baru.
Berdasarkan data Reuters yang dikutip di Jakarta, Rabu, emas spot naik 1,1 persen ke USD2.844,56 per ounce (sekitar Rp45,51 juta) pada pukul 01:40 p.m. ET (18:40 GMT), setelah sempat menyentuh rekor USD2.845,14 (sekitar Rp45,52 juta) di sesi perdagangan sebelumnya. Sementara itu, kontrak berjangka emas AS ditutup naik 0,7 persen di level USD2.875,80 per ounce (sekitar Rp46,01 juta).
Menurut analis senior di RJO Futures, Bob Haberkorn, sentimen utama yang mendorong kenaikan emas bukan dari data ekonomi, melainkan drama tarif yang kembali memanas. “Berita tarif ini keluar tiba-tiba, dan saya rasa saat ini ini lebih berpengaruh dibanding faktor lainnya,” ujarnya.
Faktor lain yang ikut mengangkat emas adalah pelemahan dolar AS yang turun 0,9 persen. Ini membuat emas lebih murah bagi pemegang mata uang lain.
China tak butuh waktu lama buat membalas kebijakan tarif AS. Mereka langsung menerapkan tarif impor ke produk AS hingga makin memanaskan konflik dagang antara dua ekonomi terbesar dunia, meskipun Trump baru saja memberi kelonggaran untuk Meksiko dan Kanada.
Di sisi lain, beberapa pejabat The Fed mulai mengkhawatirkan risiko inflasi yang muncul dari kebijakan perdagangan Trump. Tiga pejabat The Fed memberi peringatan tarif impor ini bisa memperburuk inflasi. Satu di antara tiga sumber tersebut menyebutkan ketidakpastian harga mungkin akan membuat penurunan suku bunga berjalan lebih lambat dari yang diperkirakan.
Sementara itu, data ekonomi terbaru menunjukkan bahwa jumlah lowongan pekerjaan di AS turun ke 7,6 juta pada Desember, lebih rendah dari ekspektasi 8 juta. Ini bisa jadi sinyal awal perlambatan ekonomi AS.
Secara historis, emas selalu jadi lindung nilai terhadap inflasi dan ketidakpastian geopolitik. Tapi, kalau suku bunga naik, daya tarik emas bisa turun karena gak memberikan imbal hasil.
Tapi Jim Wyckoff, analis senior di Kitco Metals, melihat tren yang berbeda kali ini. Ia menilai kebijakan perdagangan Trump yang bikin pasar makin gak stabil, ditambah dengan bank sentral global yang mulai membeli lebih banyak emas sebagai diversifikasi dari dolar AS, bisa bikin harga emas menembus USD3.000 per ounce (sekitar Rp48 juta) sebelum akhir tahun ini.
Tak cuma emas yang naik, logam mulia lainnya juga mengalami pergerakan signifikan:
Investor sekarang mengalihkan fokus mereka ke data tenaga kerja AS yang akan dirilis dalam laporan ADP Employment Report (Rabu) dan Payroll Report (Jumat), serta beberapa pernyataan dari pejabat The Fed yang bisa memberikan sinyal arah kebijakan moneter selanjutnya.
Harga emas dunia sebekumnya mencapai rekor tertinggi pada Senin, 3 Februari 2025, karena didorong oleh arus masuk aset safe-haven setelah tarif yang diberlakukan oleh Trump terhadap Kanada, China, dan Meksiko meningkatkan kekhawatiran akan inflasi yang dapat menghambat pertumbuhan ekonomi.
Data Reuters menunjukkan harga emas spot naik 0,8 persen menjadi USD2.818,99 per ons, setelah sebelumnya menyentuh rekor USD2.830,49 dalam sesi perdagangan. Kontrak berjangka emas AS ditutup naik 0,8 persen pada USD2.857,10.
Meskipun biasanya dolar yang kuat memiliki efek menekan pasar emas, harga emas terus menguat karena permintaan aset safe-haven yang didorong oleh ketidakpastian seputar tarif Trump, kata David Meger, direktur perdagangan logam di High Ridge Futures.
Tarif 25 persen yang diberlakukan Trump terhadap impor dari Kanada dan Meksiko mulai Selasa, 4 Februari 2025 serta tarif 10 persen terhadap barang-barang dari China, memicu kekhawatiran perang dagang yang dapat memperlambat pertumbuhan global dan meningkatkan inflasi.
Kanada dan Meksiko telah mengumumkan langkah-langkah balasan, sementara China menyatakan akan menggugat tarif tersebut di Organisasi Perdagangan Dunia (WTO) dan mengambil tindakan balasan yang belum ditentukan.
Namun, Trump mengumumkan penundaan tarif impor Meksiko selama satu bulan. Pasar masih belum sepenuhnya yakin dengan sejauh mana perang dagang ini akan berkembang, kata Bart Melek, kepala strategi komoditas di TD Securities.
“Kita belum melihat respons penuh dari emas, dan jika perang dagang ini berlanjut dalam jangka waktu yang cukup lama, harga emas bisa naik secara signifikan di masa depan,” kata Melek.