KABARBURSA.COM - PT TBS Energi Utama Tbk (TOBA) mengumumkan langkah strategis untuk melakukan divestasi terhadap dua aset pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) dengan total kapasitas 200 megawatt. Langkah ini diambil sebagai bagian dari komitmen perusahaan untuk fokus pada pengembangan bisnis yang lebih ramah lingkungan.
Keputusan tersebut disahkan dalam Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) Independen dan Luar Biasa yang digelar di Jakarta pada Kamis. Dalam pengumuman itu, perusahaan menyatakan bahwa dua PLTU yang akan dijual adalah PT Minahasa Cahaya Lestari dan PT Gorontalo Listrik Perdana (GLP). PT Kalibiru Sulawesi Abadi (KSA) akan bertindak sebagai pihak yang membeli kedua aset tersebut. Seperti dalam keterangan resmi di Jakarta, 14 November 2024.
Direktur TBS Energi Utama, Juli Oktarina, menjelaskan bahwa keputusan untuk menjual dua PLTU ini merupakan langkah penting dalam mencapai target perusahaan untuk menjadi netral karbon pada tahun 2030. Ia menambahkan bahwa dengan divestasi ini, TBS Energi Utama diproyeksikan dapat mengurangi emisi karbonnya lebih dari 80 persen, yang setara dengan pengurangan 1,3 juta ton CO2 per tahun.
Juli juga mengungkapkan bahwa meski langkah ini signifikan, perusahaan masih menghadapi surplus emisi sekitar 300 ribu ton CO2. Hal ini disebabkan oleh keberadaan operasional tiga tambang batubara yang masih berjalan, meskipun diharapkan akan habis sepenuhnya pada 2027.
"Perusahaan kami memang masih beroperasi di sektor batubara. Namun, kami sedang berfokus pada transisi untuk mengurangi jejak karbon kami secara signifikan dalam beberapa tahun ke depan," ungkap Juli dalam jumpa pers usai RUPS.
Dari hasil divestasi tersebut, TBS Energi Utama diperkirakan akan memperoleh dana segar sekitar 144,8 juta dolar AS, yang jauh lebih tinggi dibandingkan dengan nilai investasi awal perusahaan sebesar 87,4 juta dolar AS. Dana ini rencananya akan digunakan untuk mempercepat pengembangan bisnis perusahaan di sektor energi terbarukan, pengembangan kendaraan listrik, serta investasi dalam pengelolaan limbah.
Transformasi perusahaan menuju bisnis yang lebih berkelanjutan sedang berjalan melalui program "TBS 2030 Towards a Better Society," yang telah diluncurkan pada 2021. Dalam rangka mendukung visi jangka panjang ini, pemegang saham juga telah menyetujui rencana reinvestasi bertahap dari bisnis berbasis fosil ke bisnis hijau, yang akan berlangsung hingga tahun 2030. Proses reinvestasi ini dimulai pada 2021 dan akan terus berlanjut hingga 2025, dengan target jangka panjang pada tahun 2030.
Langkah-langkah tersebut mencerminkan komitmen TBS Energi Utama untuk beradaptasi dengan perubahan zaman dan mengurangi dampak lingkungan dari operasionalnya, sambil berfokus pada sektor-sektor yang lebih ramah lingkungan dan berkelanjutan.
PT TBS Energi Utama Tbk (TOBA), perusahaan emiten di sektor batu bara, berhasil mencatatkan peningkatan laba bersih yang signifikan selama periode Januari hingga Juni 2024.
Berdasarkan laporan keuangan yang diterbitkan hingga akhir Juni 2024, TOBA melaporkan laba bersih yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk sebesar USD26,49 juta, yang jika dikonversi ke dalam rupiah mencapai Rp411,49 miliar (dengan kurs Rp15.532). Pencapaian ini menunjukkan peningkatan tajam sebesar 207,98 persen secara tahunan (year-on-year/yoy).
Selama sepekan terakhir, saham TOBA atau PT TBS Energi Utama Tbk mengalami peningkatan yang signifikan, mencatatkan kenaikan sebesar 13,85 persen. Peningkatan ini telah menarik perhatian berbagai pihak, termasuk Bursa Efek Indonesia (BEI), yang kemudian meminta penjelasan dari manajemen TOBA terkait dengan volatilitas harga saham tersebut.
Menanggapi permintaan BEI, Direktur Utama TOBA, Dicky Yordan, dalam keterbukaan informasi di BEI, menjelaskan bahwa perusahaan saat ini tidak memiliki informasi atau fakta material yang dapat menjelaskan fluktuasi harga saham tersebut. Menurut Dicky, tidak ada peristiwa penting atau perkembangan signifikan yang diketahui oleh manajemen yang bisa mempengaruhi nilai saham TOBA atau memengaruhi keputusan investasi para investor.
Namun demikian, Dicky juga mengungkapkan bahwa TOBA sedang mempertimbangkan kemungkinan untuk melakukan aksi korporasi dalam waktu dekat, paling lambat dalam tiga bulan ke depan. “Kami sedang mengevaluasi berbagai opsi terkait rencana aksi korporasi yang sejalan dengan strategi dan arah bisnis perusahaan ke depan,” demikian yang ditulis oleh Dicky dalam keterbukaan informasi yang disampaikan kepada BEI.
Walaupun belum ada rincian spesifik yang dapat diungkapkan saat ini mengenai rencana aksi korporasi tersebut, Dicky menegaskan bahwa TOBA berkomitmen untuk selalu mematuhi peraturan yang berlaku di pasar modal. TOBA akan terus memastikan kepatuhan terhadap peraturan dan ketentuan terkait keterbukaan informasi, serta kewajiban lainnya yang diatur oleh otoritas pasar modal dan regulasi yang relevan.
TOBA berjanji untuk memberikan informasi lebih lanjut kepada publik dan investor begitu rencana tersebut sudah lebih konkret dan siap untuk diumumkan, dengan tetap mempertimbangkan transparansi dan tanggung jawab kepada pemegang saham serta pemangku kepentingan lainnya. (*)