KABARBURSA.COM - PT Pertamina New & Renewable Energy (Pertamina NRE) dan PT Pertamina International Shipping (PIS) menjalin kerja sama untuk mengembangkan energi terbarukan di sektor kemaritiman. Kesepakatan ini ditandatangani oleh CEO Pertamina NRE, John Anies, dan CEO PIS, Yoki Firnandi, di Grha Pertamina Jakarta.
Kerja sama ini bertujuan memperkuat sinergi antara PIS dan PNRE dalam mengembangkan bisnis transportasi berbasis energi terbarukan, khususnya untuk pengangkutan hidrogen hijau dan bahan bakar berkelanjutan lainnya. John Anies menjelaskan bahwa Indonesia memiliki posisi strategis di jalur pelayaran internasional, sehingga peluang bisnis bahan bakar berkelanjutan di sektor maritim global sangat besar. Seperti dalam keterangan resmi di Jakarta, Kamis 17 Oktober 2024.
Permintaan hidrogen hijau diprediksi akan meningkat pesat, dengan sektor pelayaran diperkirakan mengonsumsi hingga enam juta ton hidrogen hijau per tahun dalam bentuk metanol pada 2028, berdasarkan proyeksi Bloomberg New Energy Finance (BNEF). Studi PNRE juga menunjukkan bahwa transportasi hidrogen dalam bentuk amonia atau metanol menyumbang biaya signifikan terhadap harga total di pasar.
Yoki Firnandi menambahkan, sebagai bagian dari Sub Holding Integrated Marine and Logistics Pertamina, PIS siap mendukung pengembangan energi baru terbarukan dan memperluas portofolio bisnis. Kolaborasi internal Pertamina Group diperlukan untuk memaksimalkan potensi bisnis tanpa mengurangi daya saing. Proyek Jakarta Integrated Green Terminal yang tengah digarap juga dipersiapkan untuk menampung karbon, LNG, dan bahan bakar berkelanjutan lainnya.
Kerja sama ini diharapkan memperkuat langkah Pertamina dalam memperluas portofolio energi hijau dan mendukung transisi energi yang lebih bersih di sektor maritim. Pertamina NRE juga berkomitmen mendukung tujuan pembangunan berkelanjutan dan mencapai target net zero emission (NZE) dengan menerapkan prinsip-prinsip lingkungan, sosial, dan tata kelola perusahaan (ESG).
PT Pertamina International Shipping (PIS) ditargetkan akan melantai di lantai bursa secara perdana atau Initial Public Offering (IPO) pada akhir tahun 2025 atau awal 2026.
Corporate Secretary PT Pertamina Internasional Shipping (PIS) Muh Aryomekka Firdaus mengatakan, keputusan melakukan IPO dengan alasan sebagai salah satu cara memperbesar revenue (pemasukan) perusahaan.
“Salah satu cara memperbesar revenue, kami akan IPO antara akhir 2025 dan awal 2026,” kata Aryomekka di Jakarta, Kamis, 5 September 2025.
Agar dapat melakukan IPO, Aryomekka mengungkapkan, PT PIS kini sedang melakukan berbagai pembenahan di internal perusahaan.
Diakuinya, untuk merealisasikan IPO bukan suatu hal mudah. Katanya, banyak hal yang perlu dibenahi di internal PT pertamina International Shiping.
“Tapi kita sudah melihat IPO ini jadi salah satu dari upaya kita mencapai aspirasi revenue,” ujarnya.
Selain menargetkan IPO, PT PIS juga berencana melakukan akuisisi sejumlah perusahaan dan melakukan merger sejumlah anak perusahaan.
Aryomekka mengungkapkan, PT PIS menargetkan pemasukan bisa mencapai tiga kali lipat dalam 10 tahun yang akan datang atau tepatnya pada 2034.
Dia menyebutkan, target pemasukan yang ingin dicapai yakni sebesar USD9 miliar.
“Kita akan bergerak lebih cepat, menetapkan target lebih tinggi. Akan kita gerakan SDM-SDM kita untuk mencapai yang sudah kita ,” kata Aryomekka. “Mudah-mudahan bisa mendorong kita untuk bisa mencapai revenue tiga kali lipat di 2034 itu,” sambungnya.
Sebagai informasi, PT Pertamina International Shipping (PIS) mencatat kenaikan laba signifikan pada semester I-2024, yaitu sebesar 103 persen.
“Alhamdulillah laba kita di semeter I-2024 mengalami kenaikan sampai 103 persen dibandingkan pertengahan tahun lalu,” jelas Aryomekka.
Menurut dia, laba PT PIS pada semester I-2023 sebesar USD138,5 juta. Sementara laba semester I-2024 mencapai USD280,9 juta.
Kenaikan laba PT PIS ditopang pendapatan yang naik dari USD1,62 miliar pada semester I-2023 menjadi USD1,72 miliar pada semester I-2024. Atau naik 6 persen year on year (yoy).
Pertamina Internasional Shipping (PIS) berencana mengembangkan bisnis angkutan muatan selain migas.
Direktur Pengembangan Bisnis PIS Eka Suhendra menyebut, salah satunya adalah kargo bisnis gas alam cair (LNG).
“Mungkin dalam waktu dekat, sekitar satu dua tahun ke depan kami akan masuk bisnis LNG yang saat ini belum ada,” kata Eka di Jakarta pada Kamis, 5 September 2024.
Ia menjelaskan, salah satu jalan menuju ekspansi bisnis ke LNG yaitu melalui kepemilikan bersama atau co-owning kapal LNG dengan perusahaan kapal asal Jepang Nippon Yusen Kaisha (NYK) dan perusahaan India, Gale.
PIS menyebut, co-owning kapal ini merupakan rencana perusahaan untuk menumbuhkan bisnis kancah internasional.
“Kapal LNG baru dengan NYK ini mungkin menjadi pola bisnis yang akan kami lakukan ke depan,” ujarnya.
Eka menyebut, pemilihan co-owning kapal merupakan strategi perusahaan memperkecil risiko dan menguatkan langkah guna mendapatkan partner kerja sama yang bagus.
Dia menyebut, kerja sama kapal LNG ini berkaitan dengan regasifikasi untuk pembangkit listrik di India.
“Kami akan kerja sama disuplai kapalnya. Ini merupakan proyek kerja sama kami yang pertama di luar negeri, saat ini proses tendernya sudah di-submit,” ungkap Eka.
Selain LNG, Eka menyebut, PIS juga akan melebarkan bisnisnya untuk mengangkut produk lain. Hal ini akan dilakukan baik di domestik maupun internasional untuk mencapai target-target perusahaan.
“Mungkin akan menjadi fokus kita dari segi kargo itu seperti amonia, hidrogen di 2030,” kata dia.(*)