Memuat tanggal…
Daftar Masuk
Navigasi Investasi Anda
Search

China Bangun 11 Reaktor Nuklir demi Tekan Emisi Karbon

Rubrik: Ekonomi Hijau | Diterbitkan: 20 August 2024 | Penulis: KabarBursa.com | Editor: Redaksi
China Bangun 11 Reaktor Nuklir demi Tekan Emisi Karbon

KABARBURSA.COM - China kembali melangkah besar dalam upaya energi hijau, dengan menyetujui pembangunan 11 reaktor nuklir di lima wilayah berbeda pada Senin 20 Agustus 2024.

Ini merupakan jumlah izin baru terbanyak yang pernah dikeluarkan, sejalan dengan ambisi negara ini untuk semakin mengandalkan energi atom dalam menekan emisi karbon.

Pembangunan reaktor tersebut akan tersebar di provinsi Jiangsu, Shandong, Guangdong, Zhejiang, hingga Guangxi, sebagaimana dilaporkan oleh China Energy News. Investasi yang dikucurkan mencapai 220 miliar yuan, dengan estimasi konstruksi memakan waktu lima tahun, menurut laporan dari Jiemian, sebuah media keuangan terkemuka.

China saat ini memimpin dunia dalam pembangunan reaktor nuklir, dengan lebih banyak unit yang tengah dikerjakan dibandingkan negara lain. Hanya dalam dua tahun terakhir, China telah mengesahkan pembangunan 10 reaktor baru, menjadikannya salah satu negara dengan pertumbuhan energi nuklir paling cepat.

CGN Power Co, anak perusahaan dari China General Nuclear Power Corp, mengumumkan melalui pengajuan di bursa saham Hong Kong bahwa mereka telah mendapat persetujuan untuk membangun enam reaktor di tiga lokasi berbeda.

Sementara itu, China National Nuclear Power Co mengonfirmasi melalui akun resmi WeChat bahwa mereka akan membangun tiga reaktor tambahan. Tak ketinggalan, State Power Investment Corp juga menerima lampu hijau untuk dua unit reaktor baru.

Percepatan pembangunan pembangkit tenaga nuklir ini semakin mempertegas komitmen China untuk menjadikan energi atom sebagai salah satu pilar utama dalam transisi menuju energi bersih dan keberlanjutan lingkungan.

Padahal 2021 lalu, Pemerintah Cina mengakui adanya kerusakan pada batang bahan bakar di salah satu pembangkit listrik tenaga nuklirnya di selatan negeri itu. Meski begitu, mereka menegaskan bahwa tidak ada kebocoran radioaktivitas yang membahayakan.

Kementerian Ekologi dan Lingkungan Tiongkok menyatakan bahwa masalah ini lazim terjadi dan tidak perlu menjadi sumber kekhawatiran publik. Pengakuan ini muncul setelah laporan CNN yang menyebutkan bahwa pemerintah Amerika Serikat tengah mengevaluasi dugaan kebocoran di fasilitas tersebut. Perusahaan energi asal Prancis, yang turut membantu pengoperasian pembangkit di Guangdong, sebelumnya telah melaporkan adanya masalah dalam kinerja.

Pada hari Senin, juru bicara EDF menjelaskan bahwa kerusakan pada batang bahan bakar telah mengakibatkan penumpukan gas yang kemudian dilepaskan ke atmosfer.

Perusahaan tersebut telah memperingatkan pemerintah AS mengenai langkah regulator nuklir Cina yang diduga meningkatkan ambang batas radiasi yang diizinkan di sekitar pembangkit demi menghindari penutupan.

Namun, dalam pernyataan resmi pada Rabu, Kementerian Lingkungan Hidup Tiongkok menyangkal laporan tersebut. Ini merupakan konfirmasi pertama dari pihak pemerintah terkait insiden itu.

Menurut mereka, meski Administrasi Keselamatan Nuklir Nasional (NNSA) telah meninjau penggunaan gas mulia di dalam reaktor, hal ini sama sekali tidak terkait dengan peningkatan radiasi di luar fasilitas nuklir.

Gas mulia, atau yang lebih dikenal dengan gas inert, adalah sekelompok unsur kimia yang memiliki reaktivitas sangat rendah. Sifat stabilnya membuat gas ini sering dimanfaatkan dalam situasi di mana reaksi kimia tak diinginkan, seperti dalam reaktor nuklir atau perangkat pencahayaan tertentu.

Sementara itu, laporan media itu menyebutkan bahwa pemerintah Amerika Serikat tengah menyelidiki insiden yang terjadi di pabrik tersebut. Meskipun terdeteksi adanya peningkatan tingkat radiasi di reaktor Unit 1 Taishan, Kementerian menegaskan bahwa level tersebut masih berada dalam parameter aman untuk operasi pembangkit.

Kementerian lebih lanjut menjelaskan bahwa peningkatan radiasi disebabkan oleh kerusakan pada lapisan kecil batang bahan bakar. Batang bahan bakar sendiri adalah tabung logam tertutup yang menyimpan bahan nuklir yang digunakan untuk pengoperasian reaktor.

Dari total 60.000 batang bahan bakar di reaktor tersebut, hanya kurang dari 0,01 persen yang mengalami kerusakan, ungkap pihak kementerian.

Kerusakan seperti ini, menurut pernyataan mereka, adalah hal yang tidak bisa dihindari dan merupakan fenomena umum dalam operasional pembangkit listrik tenaga nuklir. Pembangkit Taishan sendiri memasok listrik ke wilayah Guangzhou dan Shenzhen, dua pusat manufaktur besar di Cina.

Dengan puluhan pembangkit listrik tenaga nuklir di seluruh negeri, Cina terus menginvestasikan miliaran dolar untuk mengembangkan sektor energi atomnya yang kian penting bagi kebutuhan nasional.

Reaktor nuklir menghasilkan listrik tanpa melepaskan emisi gas rumah kaca seperti karbon dioksida (CO2), yang menjadi salah satu penyebab utama perubahan iklim. Ini menjadikannya pilihan bersih dalam mendukung transisi energi dari bahan bakar fosil.

Nuklir mampu menghasilkan listrik dalam jumlah besar dan stabil dibandingkan dengan sumber energi alternatif lain, seperti angin atau matahari, yang bergantung pada kondisi cuaca. Satu reaktor dapat menyuplai energi untuk jutaan rumah.

Uranium, bahan bakar utama dalam reaktor nuklir, tersedia dalam jumlah besar dan bisa digunakan untuk jangka panjang. Teknologi yang lebih maju bahkan memungkinkan penggunaan kembali bahan bakar bekas, meningkatkan efisiensinya.

Dengan pembangkit listrik tenaga nuklir, negara dapat mengurangi ketergantungan pada impor energi, seperti minyak atau gas alam. Ini membantu menjaga keamanan energi nasional dan menstabilkan harga energi di pasar domestik.

Pengembangan reaktor nuklir mendorong kemajuan teknologi dalam bidang energi dan material. Misalnya, reaktor generasi baru dirancang lebih aman dan efisien, serta dapat menghasilkan lebih sedikit limbah radioaktif.

Reaktor nuklir memberikan diversifikasi dalam portofolio energi nasional, mengurangi risiko ketergantungan pada satu jenis sumber energi. Ini penting untuk menjaga keseimbangan pasokan energi di masa depan.

Selain listrik, reaktor nuklir juga dapat digunakan untuk berbagai aplikasi non-energi, seperti desalinasi air laut menjadi air tawar, produksi hidrogen, serta dalam bidang kedokteran untuk terapi kanker dan penelitian ilmiah. (*)