Memuat tanggal…
Daftar Masuk
Navigasi Investasi Anda
Search

Bank Mandiri Punya Program ESG, Transisi Ekonomi Hijau

Rubrik: Ekonomi Hijau | Diterbitkan: 08 August 2024 | Penulis: KabarBursa.com | Editor: Redaksi
Bank Mandiri Punya Program ESG, Transisi Ekonomi Hijau

KABARBURSA.COM - Tidak hanya berfokus pada keuntungan finansial, Bank Mandiri juga memperhatikan dampak environmental, social, dan governance (ESG) dalam praktik bisnisnya. Bank dengan kode saham BMRI ini memiliki kerangka ESG yang terdiri dari tiga pilar: sustainable banking, sustainable operation, dan sustainability beyond banking.

Wakil Direktur Utama Bank Mandiri Alexandra Askandar mengatakan, Bank Mandiri terus mendukung pembiayaan berkelanjutan di Indonesia. "Kami terus mendorong nasabah bertransisi menuju ekonomi rendah karbon melalui instrumen keuangan yang inovatif serta membangun ESG center for clients sebagai akselerator dalam pencapaian kami," ujar Alexandra, Rabu 7 Agustus 2024.

Dari pilar sustainable banking, Bank Mandiri telah menyalurkan portofolio berkelanjutan sebesar Rp 278 triliun pada semester I 2024, dengan pertumbuhan 14,7 persen secara year on year. Dari jumlah itu, Rp139 triliun termasuk dalam portofolio hijau, menjadikan Bank Mandiri sebagai pemimpin pasar hijau di Indonesia. Sisanya, Rp139 triliun, berasal dari portofolio sosial.

Pencapaian ini didukung berbagai produk pembiayaan berkelanjutan, baik untuk nasabah wholesale maupun ritel, seperti sustainability linked loan, corporate in transition financing, pembiayaan kendaraan listrik, dan green mortgage. Bank Mandiri juga menyediakan layanan konsultasi ESG melalui pembentukan ESG Center untuk nasabah.

Untuk pilar sustainable operation, Bank Mandiri telah menginisiasi penghitungan emisi karbon sejak tahun 2019. Total emisi operasional, per Juni 2024, turun menjadi 117.566 tCO2e dan perhitungan masih terus berlangsung sampai akhir tahun. Penurunan ini menunjukkan tren positif, mengingat perhitungan awal Bank Mandiri (baseline) mencapai 358.753 tCO2e pada tahun 2019.

Alexandra melanjutkan, manajemen juga mendorong program budaya keberlanjutan atau green business mindset kepada seluruh karyawan, yang disebut sebagai Mandirian, dalam operasional Bank Mandiri. "Kami juga bertransisi dengan mengganti kendaraan operasional dengan kendaraan listrik dan instalasi panel surya di gedung kantor operasional secara bertahap. Bank Mandiri juga sudah memiliki gedung yang tersertifikasi sebagai green building," ujarnya.

Terakhir, untuk pilar sustainability beyond banking, Bank Mandiri berfokus pada pemberdayaan masyarakat yang sejalan dengan tujuan pembangunan berkelanjutan (SDGs), melalui corporate social responsibility (CSR) dan inklusi keuangan.

Dalam mewujudkan target-target ESG tersebut, Bank Mandiri juga menghadapi sejumlah tantangan. Misalnya, pilihan proyek hijau yang ada di pasar keuangan relatif terbatas. Hal ini terjadi karena, berdasarkan persepsi nasabah, hal tersebut masih dianggap mahal jika dibandingkan dengan manfaat jangka pendek dan regulasinya yang masih terus berkembang, ujar Alexandra.

Proyek hijau di sektor keuangan merujuk pada inisiatif atau investasi yang bertujuan untuk mendukung keberlanjutan lingkungan, mengurangi emisi karbon, dan mendorong ekonomi yang lebih ramah lingkungan. Proyek-proyek ini biasanya berkaitan dengan upaya untuk memitigasi perubahan iklim, melestarikan sumber daya alam, dan mempromosikan praktik bisnis yang bertanggung jawab secara lingkungan.

Proyek hijau sering didanai melalui instrumen keuangan khusus seperti obligasi hijau (green bonds), pinjaman hijau (green loans), atau sukuk hijau. Instrumen-instrumen ini memberikan modal kepada perusahaan atau pemerintah untuk mendanai proyek-proyek yang memiliki dampak positif terhadap lingkungan.

Banyak proyek hijau berfokus pada pengembangan dan ekspansi energi terbarukan seperti tenaga surya, angin, air, dan biomassa. Ini termasuk pembangunan fasilitas pembangkit listrik tenaga surya atau angin, serta investasi dalam infrastruktur pendukung seperti jaringan listrik pintar (smart grids).

Proyek hijau juga mencakup upaya untuk meningkatkan efisiensi energi di berbagai sektor. Ini bisa berarti retrofit bangunan untuk meningkatkan isolasi termal, penggantian peralatan dengan yang lebih hemat energi, atau implementasi teknologi canggih untuk mengurangi konsumsi energi.

Investasi dalam infrastruktur transportasi yang mendukung pengurangan emisi, seperti pengembangan jaringan kendaraan listrik (electric vehicle/EV), kereta api berkecepatan tinggi, atau transportasi umum yang menggunakan bahan bakar rendah emisi.

Proyek yang bertujuan untuk konservasi air, pengelolaan limbah, dan perlindungan hutan juga termasuk dalam kategori proyek hijau. Ini mencakup inisiatif untuk meminimalkan penggunaan air di industri, meningkatkan daur ulang, atau reforestasi.

Proyek hijau sering kali harus memenuhi standar sertifikasi tertentu, seperti yang ditetapkan oleh Climate Bonds Initiative (CBI) atau Green Bond Principles, untuk memastikan bahwa dana digunakan secara benar dan transparan.

Selain dampak positif terhadap lingkungan, proyek hijau di sektor keuangan juga dapat mendukung penciptaan lapangan kerja, mengurangi ketergantungan pada bahan bakar fosil, dan memperkuat ketahanan ekonomi terhadap risiko perubahan iklim. (*)