KABARBURSA.COM - Pemerintah Indonesia akan memanfaatkan potensi kelapa sebagai kebutuhan energi hijau dan energi terbarukan. Sebab, produk olahan kelapa kini banyak kalangan yang meminatinya.
Direktur Jenderal Perundingan Perdagangan Internasional Kementerian Perdagangan (Kemendag) Djatmiko Bris Witjaksono mengatakan upaya pemanfaatan sektor kelapa perlu didorong oleh regulasi kebijakan yang sinergis dari hulu hingga hilir.
Selain itu, perlu dukungan badan internasional yang berfokus pada peningkatan produksi sektor kelapa melalui riset dan inovasi yang mumpuni agar kelapa menjadi salah satu solusi energi terbarukan.
"Saat ini, berbagai produk olahan kelapa pangan dan nonpangan semakin diminati karena kualitas maupun kegunaannya. Untuk itu, riset dan inovasi perlu bergerak maju agar dapat terus mendorong potensi kelapa di sektor energi terbarukan," kata Djatmiko dalam konferensi internasional berbasis kelapa Cocotech ke-51 di Surabaya, Jawa Timur, yang dikutip ada hari Kamis, 25 Juli 2024.
Menurut Djatmiko, melalui riset dan inovasi maka hilirisasi terhadap turunan komoditas kelapa dapat dimaksimalkan. Dia menegaskan, dengan hilirisasi melalui riset dan inovasi maka produk turunan kelapa yang memiliki nilai tambah akan terus bergerak maju yang diperkuat dengan investasi di sektor energi terbarukan.
"Indonesia selaku pemimpin dalam transisi energi global harus memanfaatkan potensi kelapa sebagai kebutuhan energi hijau," ujarnya.
Sementara itu Otoritas Kelapa Filipina Liberty Canja menjelaskan bahwa kelapa merupakan potensi sumber bioenergi yang sangat potensial untuk beragam kebutuhan.
Ia menyebutkan, kelapa memiliki daya serap karbon hingga 138 ton per hektare sehingga berpotensi sebagai tanaman penyimpan karbon.
"Sabut, cangkang, dan daun kelapa dapat dimanfaatkan sebagai alternatif bahan bakar untuk produksi listrik skala kecil, pemanas industri, dan rumah tangga," kata Canja.
Beberapa waktu lalu, Presiden Joko Widodo (Jokowi) menyebutkan potensi besar industri kelapa bagi perekonomian Indonesia. Dia menyebut, nilai ekspor kelapa Indonesia mencapai USD1,55 miliar atau setara Rp25,1 triliun (kurs per dolar AS Rp16.200).
Tak hanya itu, kata Jokowi, potensi besar ini juga menjadi bagian dari peluang yang bisa dimanfaatkan untuk ekonomi hijau dunia ke depan.
"Ekspor komiditi kelapa kita bukan jumlah angka yang kecil, USD1,55 miliar. Ini angka yang sangat besar dan bisa ditingkatkan lagi kalau kita serius. Kita akan serius dengan urusan yang berkaitan dengan kelapa,” kata Jokowi saat membuka acara Konferensi dan Pameran Kelapa Internasional (Cocotech) ke-51 Tahun 2024 di Surabaya, Jawa Timur, yang disiarkan di channel YouTube Sekretariat Presiden, Senin, 22 Juli 2024.
Dia pun memaparkan, Indonesia memiliki lahan kelapa seluas 3,8 juta hektar. Dari luas lahan tersebut, produksi rata-ratanya tembus 2,8 juta ton.
Kata Jokowi, dua provinsi di Indonesia yang memiliki produksi kelapa terbesar adalah Sulawesi Utara dan Riau.
"Ini sangat besar sekali. Tadi disampaikan oleh Dr. Jelfina (Executive Director of the International Coconut Community), kita nomor dua di dunia,” ucapnya dengan nada bangga.
Menurut dia, ada tiga hal yang harus dilakukan untuk meningkatkan produksi kelapa Indonesia, yaitu penggunaan bibit yang berkualitas, pemeliharaan, hingga metode cara panen.
Selain itu, menurut Jokowi, teknologi hilirisasi menjadi salah satu hal yang perlu dipersiapkan. Langkah ini diharapkan dapat mendatangkan nilai tambah besar bagi Indonesia dan mendorong peningkatan jumlah lapangan pekerjaan.
"Riset merupakan hal yang sangat penting. Jangan menunggu kelapa tingginya sampai 20-30 meter. Kalau ada kelapa yang bisa dipetik dari bawah akan lebih baik, dan jumlah buahnya jangan sedikit, banyak lebih baik lagi,” ucap Jokowi.
"Kemudian memanfaatkan teknologi hilirisasi dalam rangka ke sana. Saya melihat banyak limbah kelapa sekarang jadi bioenergi. Ini penting saya kira untuk ke depan, harus bisa terus dikembangkan. Kemudian kelapa juga bisa menjadi bioavtur. Ini juga jadi pekerjaan besar kita agar penggunaan bisa semakin meningkat dan diminati negara-negara lain,” jelasnya.
Presiden Jokowi meresmikan Konferensi dan Pameran Kelapa Internasional (Cocotech) ke-51 Tahun 2024.
"Dengan mengucap bismillahirrahmanirrahim, Konferensi dan Pameran Kelapa Internasional Cocotech ke-51 saya nyatakan dibuka,” kata Jokowi.
Di tempat yang sama, Menteri Perdagangan (Mendag) Zulkifli Hasan mengajak para petani hingga pelaku industri kelapa untuk melakukan hilirasi. Menurut dia, hal tersebut sesuai instruksi Presiden Jokowi.
Kata Zulkifli, dengan hilirisasi dapat meningkatkan nilai tambah komoditas. Dia ingin kelapa yang dipanen tidak dijual dalam bentuk mentah, terutama ke luar negeri atau diekspor.
"Kita harus berhenti mengekspor kelapa mentah. Saat ini mulai ekspor nata de coco, arang, tempurung kelapa dan lain-lain," ujar Zulkifli Hasan.
Maka dari itu dia berharap agar kegiatan diskusi maupun konferensi yang diadakan di Surabaya ini selama tiga hari dapat memunculkan inovasi teknologi.
"Apalagi acara ini dihadiri 21 negara pengembang industri kelapa. Kegiatan ini untuk diskusi tentang inovasi pengelolaan kelapa secara global," imbuhnya. (*)
Artikel ini disediakan untuk tujuan informasi semata dan bukan merupakan ajakan, rekomendasi, atau instruksi untuk membeli atau menjual saham. Segala bentuk analisis dan rekomendasi saham sepenuhnya berasal dari pihak analis atau sekuritas yang bersangkutan. KabarBursa.com tidak bertanggung jawab atas keputusan investasi, kerugian, atau keuntungan yang timbul akibat penggunaan informasi dalam artikel ini. Keputusan investasi sepenuhnya merupakan tanggung jawab investor. Investor diharapkan melakukan riset independen dan mempertimbangkan risiko dengan cermat sebelum mengambil keputusan investasi.