KABARBURSA.COM – Perusahaan pelat merah PT Brantas Abipraya (Persero) berencana mengembangkan Energi Baru Terbarukan (EBT) melalui optimalisasi bendungan dan waduk yang ada di Indonesia.
Brantas Abipraya awalnya adalah perusahaan yang bergerak di bidang infrastruktur dan penyediaan jaringan listrik. Namun, melalui anak usahanya, PT Brantas Energi, perusahaan yang berdiri pada 1980 di Malang, Jawa Timur, ini sekarang memiliki lini bisnis energi terbarukan jenis tenaga air atau hydro power.
Anggota Komisi VI DPR RI, Amin Ak, menyambut baik rencana tersebut. Menurutnya, langkah ini akan mendukung upaya pemerintah mencapai target bauran energi terbarukan sebesar 23 persen—yang belakangan direvisi menjadi 17-20 persen—pada tahun 2025 dan mencapai Net Zero Emission pada tahun 2060.
"Presiden Prabowo sangat peduli dengan hal ini. Pembicaraan Presiden dengan sejumlah pemimpin negara sahabat antara lain mengenai pengembangan EBT," kata Amin kepada awak media di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Jumat, 7 Maret 2025.
Politikus Partai Keadilan Sejahtera ini mengatakan Indonesia memiliki potensi EBT yang besar dengan total mendekati 4 terawatt (TW). Salah satu strategi yang dapat diterapkan adalah pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) terapung di atas waduk. Berdasarkan catatan Amin, total kapasitas waduk di Indonesia berpotensi menghasilkan listrik tenaga surya hingga 14 gigawatt (GW).
Selain itu, dari 248 bendungan yang telah dibangun, sebanyak 43 di antaranya memiliki potensi Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) sebesar 255,15 megawatt (MW). Dan sebanyak 246 bendungan memiliki potensi PLTS terapung hingga 13,575 MW.
Untuk mengoptimalkan potensi tersebut, dibutuhkan investasi dalam jumlah besar. Menurut Amin, BUMN dapat memanfaatkan kerja sama yang telah terjalin antara pemerintah Indonesia dengan beberapa negara, seperti Turki dan Qatar.
Pemerintah sendiri telah menyetujui peningkatan kapasitas PLTS terapung di sejumlah bendungan yang diproyeksikan mampu menambah kapasitas hingga 14 GW. Investasi ini tidak hanya berkontribusi pada peningkatan kapasitas energi terbarukan nasional, tetapi juga membuka peluang lapangan kerja baru serta mendorong pertumbuhan ekonomi.
Sinergi antara BUMN, seperti PT PLN (Persero), PT Pertamina (Persero), PT Bukit Asam Tbk (PTBA), dan PT Abipraya, dengan perusahaan swasta serta investor internasional memegang peran krusial dalam pengembangan EBT ini.
Sebagai contoh, PTBA telah mendiversifikasi bisnisnya ke sektor EBT guna mewujudkan visi sebagai perusahaan energi dan kimia terintegrasi yang berkelanjutan.
PTBA, misalnya, melalui anak perusahaannya PT Bukit Energi Investama (BEI) telah menjajaki sinergi pengembangan PLTS dan peluang bisnis jasa ketenagalistrikan lainnya dengan PT Krakatau Chandra Energi (KCE) pada medio Januari 2024 lalu.
"Di sisi lain, PT PLN terus memperkuat kerja sama dengan mitra domestik maupun internasional untuk mempercepat pengembangan EBT," kata Amin.
Amin menambahkan, kolaborasi antara pemerintah, BUMN, dan sektor swasta memiliki peran penting dalam mengoptimalkan pemanfaatan bendungan serta waduk untuk pengembangan energi baru terbarukan.
Daftar Proyek Energi Terbarukan PT Brantas Energi
PT Brantas Energi, anak usaha PT Brantas Abipraya (Persero), memiliki sejumlah proyek pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) dan pembangkit listrik tenaga mikrohidro (PLTM) yang tersebar di berbagai wilayah Indonesia. Proyek-proyek ini berkontribusi pada penyediaan energi terbarukan dan mendukung upaya dekarbonisasi sektor kelistrikan nasional.
PLTS Sumalata
PLTS Sumalata terletak di Kelurahan Dulukapa, Kecamatan Sumalata, Kabupaten Gorontalo Utara, Provinsi Gorontalo. Pembangkit listrik tenaga surya ini memiliki kapasitas 2,00 MWp dan telah beroperasi sejak 2016. Sebagai salah satu proyek tenaga surya di wilayah tersebut, PLTS Sumalata berperan dalam menyediakan pasokan listrik berbasis energi bersih.
PLTM Padang Guci-1
PLTM Padang Guci-1 berlokasi di Padang Guci, Bengkulu. Pembangkit listrik tenaga mikrohidro ini memiliki kapasitas 3 x 2,00 MW dan mulai beroperasi pada 2017. Dengan memanfaatkan aliran sungai sebagai sumber energi, proyek ini turut mendukung pemanfaatan energi baru dan terbarukan di daerah tersebut.
PLTM Padang Guci-2
PLTM Padang Guci-2 terletak di lokasi yang berdekatan dengan PLTM Padang Guci-1 di Padang Guci, Bengkulu. Pembangkit ini memiliki kapasitas 2 x 3,50 MW dan mulai beroperasi sejak 2021. Sama seperti proyek sebelumnya, PLTM ini mengandalkan energi air sebagai sumber utama pembangkitan listrik.
PLTM Sako
PLTM Sako berada di Pesisir Selatan, Sumatera Barat. Pembangkit mikrohidro ini memiliki kapasitas 3 x 2,00 MW dan telah beroperasi sejak 2019. Proyek ini menjadi salah satu bagian dari upaya peningkatan pemanfaatan energi hidro dalam sektor ketenagalistrikan di Sumatera.
PLTM Maiting Hulu
PLTM Maiting Hulu terletak di Toraja Utara, Sulawesi Selatan. Pembangkit ini memiliki kapasitas 2 x 4,00 MW dan mulai beroperasi pada 2021. Dengan memanfaatkan potensi energi hidro, proyek ini mendukung diversifikasi sumber energi di Sulawesi Selatan.
Proyek-proyek ini menunjukkan peran PT Brantas Energi dalam pengembangan energi terbarukan di Indonesia. Dengan kapasitas yang bervariasi, pembangkit listrik tenaga surya dan mikrohidro yang dikelola perusahaan ini turut mendukung transisi menuju sistem ketenagalistrikan yang lebih berkelanjutan.(*)