KABARBURSA.COM – Transisi energi hijau mulai merambah industri kelapa sawit. PT Inecda Plantation, perusahaan perkebunan sawit di Indragiri Hulu, Riau, menyerap 592 unit Renewable Energy Certificate (REC) dari PLN Unit Induk Distribusi (UID) Riau dan Kepulauan Riau. Kesepakatan ini menandai komitmen industri dalam menekan emisi karbon dan mendorong praktik bisnis berkelanjutan.
REC adalah skema sertifikasi yang menjamin listrik yang digunakan pelanggan berasal dari sumber energi terbarukan. PLN menggunakan sistem pelacakan APX Tradable Instrument for Global Renewables (TIGRs) untuk memastikan setiap unit REC mewakili 1 MWh listrik hijau yang dapat ditelusuri secara internasional.
PLN melihat REC sebagai jalan bagi industri untuk berkontribusi pada target Net Zero Emission 2060. General Manager PLN UID Riau dan Kepulauan Riau, Tonny Bellamy, mengatakan bahwa dengan kepemilikan REC oleh sektor industri turut mendukung upaya pencapaian Net Zero Emission 2060.
“Lewat REC, para pelanggan juga dapat turut berpartisipasi dalam menurunkan emisi, mengubah dari energi kotor ke energi yang ramah lingkungan. Kami berkomitmen untuk menyediakan energi bersih untuk mendukung terciptanya green industry di Indonesia,” jelas Tonny dalam keterangan tertulis yang diterima KabarBursa.com di Jakarta, Selasa, 4 Maret 2025.
Tonny mengatakan REC merupakan produk PLN yang dapat dibeli oleh masyarakat maupun perusahaan yang ingin menggunakan listrik dari sumber energi terbarukan. Ia menegaskan komitmen PLN untuk memenuhi seluruh kebutuhan pelanggan, termasuk menyediakan listrik berbasis EBT. PLN juga siap berkolaborasi dengan berbagai pihak dalam upaya menekan emisi karbon global, salah satunya melalui kemitraan dengan Inecda Plantation.
Dari sisi pelanggan, General Manager PT Inecda Plantation, Khamdi mengatakan langkah ini sejalan dengan prinsip bisnis berkelanjutan yang diusung perusahaannya.
“Kami berharap, kolaborasi bersama PLN ini dapat terus terjalin sehingga memberikan dampak baik melalui langkah-langkah yang mengedepankan prinsip bisnis berkelanjutan dan mengimplementasikan aspek-aspek Environmental, Social, and Governance (ESG) untuk mewujudkan pembangunan berkelanjutan dan mendukung Sustainability Development Goals (SDGs),” tutur Khamdi.
PLN semakin gencar mendorong pemanfaatan listrik berbasis energi baru terbarukan, seiring dengan meningkatnya permintaan dari sektor industri. Dengan REC, perusahaan kini bisa mengklaim penggunaan energi hijau secara sah, tanpa harus membangun pembangkit sendiri.
PLN Perluas Ekosistem Energi Hijau
Langkah PLN dalam menyalurkan energi hijau ke sektor industri melalui REC sejalan dengan upaya perseroan dalam memperluas ekosistem energi bersih di Indonesia. Selain mendorong industri untuk beralih ke listrik berbasis EBT, PLN juga melihat peluang besar dalam transisi energi di sektor transportasi.
Hal ini didukung oleh proyeksi pertumbuhan kendaraan listrik dan infrastruktur pendukungnya di Indonesia. VP Perencanaan Produk Niaga PLN, Rudiana Nurhadian, mengatakan tren ini cukup menjanjikan. Berdasarkan roadmap yang ada, pada 2030 diperkirakan akan ada sekitar 120 ribu kendaraan listrik yang beroperasi di Indonesia dengan jumlah Stasiun Pengisian Kendaraan Listrik Umum (SPKLU) mencapai sekitar 60 ribu unit.
“Saat ini dengan populasi mobil sebesar 68 ribu (unit), SPKHL yang terpasang 2200 hingga 2300, energi yang dihasilkan itu sebesar 9 ribu MWH atau 9 GWH,” ujar Rudiana usai menghadiri acara Kabar Bursa Economic Insight 2025, Greenomic Indonesia: Challenges in Banking, Energy Transition, and Net Zero Emissions di Jakarta, Rabu 26 Februari 2025.
Dengan tren pertumbuhan yang semakin meningkat, PLN memperkirakan kebutuhan energi listrik untuk kendaraan listrik akan terus bertambah secara eksponensial. PLN pun telah memasukkan proyeksi kebutuhan energi kendaraan listrik ini ke dalam Rencana Pengembangan Tenaga Listrik (RPTDL).
"Kami sudah memproyeksikan kebutuhan energi listrik untuk kendaraan listrik (EV) dalam RPTDL. Berdalam RPTDL PLN yang itu merupakan RPTDL paling green sepanjang sejarah di Indonesia,” kata Rudiana.
Investasi Kendaraan Listrik dari China
PLN juga tengah bersiap menyambut potensi masuknya investasi kendaraan listrik dari China ke Indonesia seiring dengan ancaman Presiden AS Donald Trump yang berencana menghentikan keberadaan mobil listrik China di Amerika Serikat. Rudiana mengungatakan informasi tersebut sudah diterima oleh pihaknya dan bisa menjadi peluang besar bagi Indonesia.
"Jika China menarik pasarnya yang sebelumnya ke Amerika, biasanya ke selatan, maka salah satunya Indonesia," kata Rudiana.
Rudiana mengungkapkan PLN masih terus berkolaborasi secara aktif dengan berbagai mitra. Setiap kali ada pabrikan atau mitra baru yang masuk ke pasar, PLN selalu menjalin kerja sama secara intensif untuk memperkuat ekosistem kendaraan listrik di Indonesia.
Sebagai bagian dari upaya ini, PLN telah menjalin kemitraan dengan berbagai pihak, seperti Agen Tunggal Pemegang Merek (ATPM), produsen mobil listrik, asosiasi industri, serta penyedia infrastruktur pengisian daya. Salah satu pencapaian besar yang telah dilakukan adalah penandatanganan Memorandum of Understanding (MoU) terbesar pada tahun 2024 yang melibatkan banyak pemangku kepentingan dalam satu acara.
"Kami sudah masuk ke komunitas, kita masuk juga ke ATPM, hingga produsen komponen charger. Tentunya, kami juga mendapatkan support dari pemerintah. Semua area sudah kami petakan dan kami jajaki untuk kolaborasinya," kata Rudiana.(Info-bks)