KABARBURSA.COM - Kementerian Perindustrian (Kemenperin) menggandeng World Resources Institute (WRI) Indonesia dan Institute for Essential Services Reform (IESR) untuk menyusun peta jalan (roadmap) dekarbonisasi sektor industri, sebagai langkah konkret dalam menurunkan emisi karbon.
Wakil Menteri Perindustrian, Faisol Riza, dalam acara Kick Off The Second Annual Indonesia Green Industry Summit (AIGIS) 2025 yang berlangsung di Jakarta pada Kamis (18/12), menjelaskan bahwa kerja sama ini bertujuan untuk memperkuat daya saing industri nasional, dengan fokus pada pemenuhan berbagai persyaratan terkait pengurangan emisi gas rumah kaca (GRK).
Dalam kesempatan tersebut, Kemenperin juga menandatangani nota kesepahaman (MoU) dengan WRI Indonesia dan IESR. Kesepakatan ini menjadi landasan kolaborasi strategis antara ketiga pihak dalam menyusun kajian terkait dekarbonisasi industri, serta meningkatkan daya saing industri Indonesia dalam menghadapi regulasi pengurangan emisi, pengungkapan emisi, dan standar serupa baik di tingkat nasional maupun internasional.
Faisol Riza menambahkan, bahwa pada tahun 2024, Pusat Industri Hijau Kemenperin telah mencatat pengurangan emisi GRK sektor proses industri dan penggunaan produk (IPPU) mencapai 6,92 juta ton CO2, sebuah pencapaian yang melampaui target Enhanced Nationally Determined Contribution (ENDC) 2030.
Kementerian Perindustrian (Kemenperin) terus fokus dalam meningkatkan nilai tambah manufaktur di Indonesia, salah satunya ditempuh dengan berpedoman pada prinsip-prinsip industri hijau yang berkelanjutan untuk menciptakan masa depan tanpa karbon.
Kemenperin menargetkan industri manufaktur di Indonesia dapat mencapai Net Zero Emission (NZE) pada tahun 2050, sepuluh tahun lebih awal dari target nasional tahun 2060.
Apabila dibandingkan dengan negara peers di dunia, Indonesia berada pada peringkat ke-12 Leading Manufacturing Countries di dunia pada tahun 2023, di atas Rusia dan Turki. Selain itu, nilai Manufacturing Value Added (MVA) Indonesia pada tahun 2023 mencapai USD255 miliar, meningkat USD14 miliar (5,83 persen) dari nilai MVA Indonesia pada tahun 2022.
Selama lima tahun terakhir (2019-2023), Nilai MVA Indonesia terus menunjukkan peningkatan dengan tren sebesar 4,47 persen. Tren MVA Indonesia ini berhasil mengungguli Amerika Serikat, Jepang, Jerman, Korea, Prancis, dan Inggris.
“Upaya penerapan prinsip-prinsip industri hijau di Indonesia terlihat perkembangannya dari data The Green Future Index 2023. Indonesia berada di peringkat ke-49 dunia sebagai negara yang bertransisi menuju energi, industri, pertanian, dan masyarakat yang ramah lingkungan melalui investasi pada energi terbarukan, inovasi, dan kebijakan ramah lingkungan. Peringkat Indonesia ini naik 21 peringkat dari posisi 70 di tahun 2022,” jelas Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita saat membuka Annual Indonesia Green Industry Summit (AIGIS), di Jakarta, Kamis, 19 September 2024.
Upaya dekarbonisasi sektor industri tentunya memerlukan dukungan dari berbagai pihak, khususnya dari para pelaku industri. Kemenperin memberikan apresiasi kepada sembilan asosiasi industri atas deklarasi dukungan mereka dalam mencapai target NZE pada tahun 2050.
Asosiasi-asosiasi tersebut mewakili subsektor industri yang menjadi prioritas dekarbonisasi, meliputi Asosiasi Pulp dan Kertas Indonesia (APKI) dan Asosisasi Semen Indonesia (ASI), serta asosiasi-asosiasi lainnya, terdiri dari Asosiasi Produsen Pupuk Indonesia (APPI), Asosiasi Aneka Industri Keramik Indonesia (ASAKI), Asosiasi Produsen Serat dan Benang Filament Indonesia (APSyFI), Gabungan Produsen Makanan dan Minuman Indonesia (GAPMMI), Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (GAIKINDO), Federasi Industri Kimia Indonesia (FIKI), serta Indonesia Iron and Steel Association (IISIA).
“Tentunya kami juga mengharapkan dukungan dari seluruh subsektor industri lainnya dalam mendukung pencapaian target penurunan emisi sektor industri hingga mencapai Net Zero Emission di tahun 2050,” ujar Menperin.
AIGIS yang digelar perdana pada tahun 2024 mengambil tema “Transformation into Greener Industry for Sustainable Economy” dan merupakan langkah awal yang mengukuhkan komitmen Kemenperin dalam memperkuat ekosistem untuk memfasilitasi transformasi industri hijau tanah air melalui berbagai inovasi yang mendukung percepatan dekarbonisasi.
Dengan fokus pada inovasi, strategi dekarbonisasi industri, pengembangan teknologi ramah lingkungan dan potensi pembiayaan hijau, AIGIS dirancang untuk memfasilitasi diskusi tentang percepatan pencapaian target NZE di sektor industri pada tahun 2050.
Agus menjelaskan, dalam ekosistem tersebut juga akan dikembangkan opsi pembiayaan hijau, yaitu Green Industry Service Company (GISCO), untuk membantu perusahaan dalam pendanaan, perancangan, dan implementasi teknologi hijau di perusahaan.
“Sehingga, peran pemerintah, dalam hal ini Kementerian Perindustrian, tidak hanya menetapkan regulasi yang akan memaksa pelaku industri untuk bertransformasi menuju industri hijau, namun juga hadir memberikan solusi untuk menjawab permasalahan yang dihadapi oleh para pelaku industri,” ungkap Agus.
Kepala Badan Standardisasi dan Kebijakan Jasa Industri Kemenperin Andi Rizaldi menjelaskan, Rangkaian acara AIGIS 2024 terdiri dari penyerahan Sertifikat Industri Hijau, penganugerahan Penghargaan Industri Hijau kepada industri dengan kinerja terbaik, serta peluncuran Peta Jalan Dekarbonisasi Sektor Industri dan Peta Jalan Perdagangan Karbon Sektor Industri.
“Selain itu, untuk mempermudah proses sertifikasi Kementerian Perindustrian juga melakukan kickoff pengembangan Sistem Elektronik Layanan Sertifikasi Industri Hijau atau SELASIH,” kata Andi.(*)