Memuat tanggal…
Daftar Masuk
Navigasi Investasi Anda
Search

KADIN Bantu Sektor UMKM Beralih ke Energi Bersih

Rubrik: Ekonomi Hijau | Diterbitkan: 12 December 2024 | Penulis: Dian Finka | Editor: Redaksi
KADIN Bantu Sektor UMKM Beralih ke Energi Bersih

KABARBURSA.COM - UMKM di Indonesia sering disebut tulang punggung ekonomi nasional. Tapi, siapa sangka mereka juga menyumbang 216 juta ton CO2 sepanjang 2023. Karena itu, Kamar Dagang dan Industri (KADIN) mendorong sektor UMKM untuk beralih ke energi bersih demi masa depan yang lebih hijau.

Menurut Ketua Pokja Transisi Energi KADIN, Anthony Utomo, Indonesia baru memanfaatkan 14 persen potensi energi terbarukan. Dari total kapasitas 3.686 gigawatt, yang baru terpakai hanya 13,7 gigawatt—itu pun sebagian besar di sektor pembangkit listrik. “UMKM memiliki peranan penting dalam mengakselerasi transisi energi karena tidak hanya mendukung pengembangan energi bersih, tetapi juga berkontribusi pada pertumbuhan ekonomi dan penciptaan lapangan kerja,” kata Anthony dalam keterangan tertulis di Jakarta, Kamis, 12 Desember 2024.

Dengan jumlah unit mencapai 65 juta, UMKM menyumbang Rp9.580 triliun, atau 91 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia, sekaligus menyerap 97 persen tenaga kerja nasional. Namun, banyak pelaku UMKM masih gagap dengan konsep bisnis berkelanjutan. Menurut Indonesia Energy Transition Outlook 2024, hambatan utama mereka adalah kurangnya edukasi, akses pendanaan, dan teknologi.

“KADIN akan terus mendorong UMKM melakukan transformasi energi bersih melalui kampanye efisiensi energi, penerapan teknologi tepat guna, dukungan kebijakan dan regulasi, serta pendidikan dan pelatihan,” kata Anthony.

Wakil Ketua Umum Bidang ESDM KADIN Indonesia, Aryo P.S. Djojohadikusumo, mengatakan visi jangka panjang KADIN di sektor ESDM adalah menciptakan ketahanan energi nasional yang berkelanjutan dan inklusif, termasuk bagi sektor UMKM yang menjadi penggerak utama ekonomi.

Untuk mencapai hal ini, diperlukan reformasi birokrasi dan regulasi guna mendukung investasi dan pengembangan energi bersih, khususnya pembangkit listrik berbasis energi terbarukan. “Makin banyak pasokan dan kepastian pembangkit energi terbarukan kritikal untuk mendorong pencapaian target pertumbuhan ekonomi 8 persen,” tegas Aryo.

Dukungan fiskal dan insentif bagi UMKM yang beralih ke energi bersih sangat penting untuk mempercepat transisi tersebut. Aryo mengatakan UMKM bersama sektor industri pengguna energi bersih, akan menjadi fondasi utama pengembangan ekonomi hijau rendah karbon di Indonesia.

Sementara itu, Ketua Komite Tetap Rencana Strategis dan Kelembagaan Bidang ESDM KADIN, M. Maulana, mengatakan inovasi dan kebijakan pemerintah berperan kunci dalam memastikan energi bersih dapat memenuhi kebutuhan ekonomi sektor UMKM secara efektif.

“UMKM merupakan salah satu sektor yang sensitif terhadap harga sehingga keberadaan energi bersih yang terjangkau akan sangat penting,” kata Maulana.

Ia pun mendorong kerja sama berkelanjutan antara pemerintah dan sektor swasta untuk menggali potensi energi bersih yang bisa dikembangkan. Teknologi yang inovatif harus dikombinasikan dengan investasi, transformasi birokrasi dan regulasi, serta dukungan insentif baik fiskal maupun non-fiskal.

“Insentif selayaknya diberikan kepada mereka yang mengembangkan dan para pengguna. Dengan begitu, akan terjadi akselerasi penggunaan energi bersih dari hulu ke hilir mulai produsen hingga konsumen,” kata Maulana.

Potensi Energi Terbarukan Indonesia

Indonesia memiliki potensi energi terbarukan yang mencapai 3.677 gigawatt. Potensi ini berasal dari berbagai sumber seperti tenaga surya, angin, air, biomassa, arus laut, hingga panas bumi. Menteri Investasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Rosan Roeslani mengungkapkan hal ini dalam acara Leaders Forum ‘Menuju Indonesia Hijau: Inovasi Energi dan Sumber Daya Manusia,’ di Hotel St. Regis, Jakarta Selatan, Selasa, 17 September 2024.

Rosan menjelaskan, meskipun potensi EBT di Indonesia sangat besar, pemanfaatannya masih jauh dari harapan. Hingga saat ini, Indonesia baru mampu memanfaatkan sekitar 14 persen dari total potensi tersebut. Angka ini masih jauh dari target 23 persen yang telah ditetapkan untuk tahun 2025.

“Energi baru terbarukan itu 14 persen, padahal target kita pada tahun 2025 setahun dari sekarang itu sebetulnya adalah 23 persen. Jadi kita memang ketinggalan,” ungkap Rosan.

Salah satu sumber energi yang belum dimanfaatkan secara optimal adalah panas bumi. Saat ini, kontribusi Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP) hanya mencapai 3 persen dari total produksi listrik nasional. Padahal, Indonesia memiliki cadangan energi panas bumi terbesar kedua di dunia, yang sebagian besar tersimpan di Pulau Jawa.

“Potensi panas bumi kita mungkin nomor dua terbesar di dunia, terutama di Pulau Jawa. Namun, utilisasinya masih kurang dari 3 persen,” jelas Rosan.

Rosan menilai, tanpa adanya kebijakan yang mendukung, seperti pemberian insentif kepada pengusaha atau investor, potensi energi terbarukan di Indonesia akan sulit untuk berkembang. Ia menekankan pentingnya kebijakan yang mampu mendorong peralihan ke energi hijau secara lebih cepat, efektif, dan efisien.

“Kita bisa beralih ke energi hijau dengan lebih cepat, lebih baik, lebih efektif dan lebih efisien,” kata Rosan.(*)