Memuat tanggal…
Daftar Masuk
Navigasi Investasi Anda
Search

BEI Sebut IDXCarbon Selama Kuartal I Catat Kenaikan

Bursa Efek Indonesia mengklaim selama kuartal I perdagangan karbon global di Indonesia catatkan kenaikan yang positif jika dibandingkan saat perdagangan domestik pada 2023 dan 2024.

Rubrik: Carbon Trading | Diterbitkan: 18 April 2025 | Penulis: Desty Luthfiani | Editor: Yunila Wati
BEI Sebut IDXCarbon Selama Kuartal I Catat Kenaikan Ilustrai IDXCarbon. (Gambar dibuat oleh AI untuk KabarBursa.com)

KABARBURSA.COM – Bursa Karbon Indonesia (IDXCarbon) mencatatkan capaian sepanjang kuartal I 2025, dengan volume perdagangan karbon mencapai 690.675 tCO₂e, melampaui total transaksi sepanjang tahun 2024 maupun 2023. 

Peningkatan ini diklaim capaian positif dan menandai percepatan signifikan dalam pengembangan pasar karbon nasional dan regional.

Sekretaris Perusahaan PT Bursa Efek Indonesia, Kautsar Primadi Nurahmad, menyatakan bahwa pencapaian ini mencerminkan optimisme terhadap masa depan perdagangan karbon di Indonesia.

"IDX Carbon akan terus berkoordinasi dengan OJK dan kementerian/lembaga terkait untuk memperkuat ekosistem perdagangan karbon nasional. Kami juga berkomitmen mendorong likuiditas pasar dari sisi demand dan supply, baik domestik maupun internasional, dengan tetap mengacu pada kebijakan dan pengaturan pemerintah," ujar Kautsar melalui keterangan resminya di Jakarta, pada Jumay, 18 April 2025.

Ia membeberkan pada 20 Januari 2025 lalu Kementerian Lingkungan Hidup/Badan Pengendalian Lingkungan Hidup Republik Indonesia (KLH/BPLH), Otoritas Jasa Keuangan (OJK), dan PT Bursa Efek Indonesia (BEI) meresmikan perdagangan internasional perdana Unit Karbon Indonesia melalui IDXCarbon di Main Hall BEI. Sejak diresmikan perdagangan karbon dinilai mengalami kenaikan terus menerus dibandingkan dengan perdagangan domestik.

Dalam peresmian tersebut, sebanyak lima proyek pengurangan emisi dari sektor energi memperoleh otorisasi untuk diperdagangkan secara internasional. Kelima proyek tersebut meliputi :


1. PLTGU Priok Blok 4 (pembangkit berbahan bakar gas bumi).
2. PLTGU Grati Blok 2 (konversi dari single cycle ke combined cycle).
3. PLTM Gunung Wugul.
4. PLTGU PJB Muara Karang Blok 3.
5. PLTGU PLN NP UP Muara Tawar Blok 2 (konversi ke combined cycle).

Selama periode Januari hingga Maret 2025, IDX Carbon mencatat transaksi sebesar 690.675 tCO₂e, meningkat signifikan dibanding tahun 2024 yang mencapai 413.764 tCO₂e dan tahun 2023 sebesar 494.254 tCO₂e sejak beroperasi pada 26 September 2023. 

"Capaian tersebut menjadikan IDXCarbon sebagai salah satu bursa karbon dengan volume transaksi terbesar di kawasan regional Asia," tutur dia.

Jumlah proyek pengurangan emisi berbasis teknologi yang terdaftar juga meningkat menjadi tujuh proyek, dengan total unit karbon available to be traded mencapai 2.203.119 tCO₂e. Sementara itu, jumlah pengguna jasa IDXCarbon naik 22 persen dibanding akhir 2024, menjadi 111 pengguna aktif.

Lebih lanjut, Kautsar menambahkan bahwa kolaborasi antara pemerintah, pelaku usaha, dan pemangku kepentingan lainnya menjadi kunci agar Indonesia dapat menjadi pusat perdagangan karbon di Asia bahkan dunia. 

IDX Carbon optimistis bahwa momentum positif ini akan terus berlanjut, seiring meningkatnya kesadaran akan pentingnya pengurangan emisi serta komitmen Indonesia dalam mencapai target Nationally Determined Contribution (NDC). 

Bursa Karbon Indonesia juga diharapkan dapat memainkan peran strategis dalam mendukung transisi energi nasional dan memperkuat posisi Indonesia dalam peta perdagangan karbon global.

Sinyal Kuat Investor Hijau

Implikasi artikel tentang IDXCarbon bagi investor cukup signifikan dan membuka peluang strategis di tengah transformasi menuju ekonomi hijau. Lonjakan volume perdagangan karbon yang dicapai IDXCarbon sepanjang kuartal I 2025 mencerminkan tumbuhnya minat dan keseriusan pasar terhadap instrumen karbon sebagai aset investasi baru. Bagi investor, ini berarti terbukanya opsi diversifikasi portofolio ke sektor yang sedang naik daun, yakni pasar karbon.

Keikutsertaan Indonesia dalam perdagangan karbon internasional juga menunjukkan bahwa regulasi dan infrastruktur pendukung mulai matang. Ini memberikan rasa aman bagi investor untuk masuk ke ekosistem baru tersebut, baik melalui proyek-proyek emisi rendah, instrumen pasar karbon, ataupun perusahaan yang terlibat langsung dalam transisi energi. Apalagi, sektor energi terbarukan dan proyek pengurangan emisi kini mendapatkan eksposur yang lebih besar dan peluang pendanaan yang makin luas.

Investor institusi maupun ritel bisa mulai mempertimbangkan keterlibatan dalam pasar karbon, baik secara langsung melalui pembelian unit karbon maupun tidak langsung melalui investasi di perusahaan yang aktif dalam proyek ramah lingkungan dan keberlanjutan. Selain potensi keuntungan jangka panjang, keterlibatan di sektor ini juga memberikan nilai tambah dari sisi tanggung jawab sosial dan keberlanjutan investasi.

Namun, investor tetap perlu mencermati regulasi, transparansi perdagangan karbon, serta kredibilitas proyek-proyek pengurangan emisi. Tata kelola yang baik, sertifikasi yang sahih, dan dukungan pemerintah menjadi aspek penting agar investasi tidak hanya menguntungkan tetapi juga berdampak positif secara global.

Pilihan Emiten Menarik untuk Investor

Saham-saham yang terhubung dengan Bursa Karbon Indonesia (IDXCarbon) dan sektor energi hijau menunjukkan performa yang mengesankan hingga April 2025. Beberapa emiten bahkan mengalami lonjakan harga saham yang mencolok, mencerminkan antusiasme pasar terhadap transisi energi bersih dan peluang dari perdagangan karbon. 

Di antara deretan emiten tersebut, Barito Renewables (BREN), Indika Energy (INDY), dan Pertamina Geothermal Energy (PGEO) mencuri perhatian investor karena pertumbuhan harga sahamnya yang agresif.

BREN, dengan kenaikan harga saham mencapai 42,7 persen secara year-to-date (YTD), menjadi simbol optimisme pasar terhadap prospek energi baru dan terbarukan. Sebagai pemain utama di sektor panas bumi dan biomassa, BREN tidak hanya menawarkan pertumbuhan yang cepat, tetapi juga menjanjikan posisi strategis dalam peta energi masa depan Indonesia. 

Namun, valuasi saham ini tergolong premium, sehingga lebih cocok bagi investor yang visioner dan berani mengambil risiko tinggi demi potensi keuntungan besar.

Sementara itu, INDY menunjukkan transformasi bisnis yang berhasil dari perusahaan tambang batu bara menjadi perusahaan energi yang mengarah ke solusi hijau, termasuk kendaraan listrik dan solar panel. Sahamnya tumbuh 25% YTD, mencerminkan kepercayaan pasar pada arah barunya. 

Meski jejak masa lalunya di sektor batu bara masih membayangi, langkah-langkah diversifikasi yang diambil perusahaan menunjukkan niat kuat untuk mengubah wajah bisnisnya secara berkelanjutan.

Di sisi lain, PGEO menampilkan stabilitas dengan pertumbuhan harga saham sebesar 18,5 persen YTD. Emiten BUMN ini fokus pada panas bumi dan memiliki portofolio proyek strategis yang didukung pemerintah. 

Kinerja fundamentalnya solid, menjadikannya pilihan menarik bagi investor yang menginginkan keseimbangan antara pertumbuhan dan keamanan.

Bagi investor yang cenderung moderat dan ingin meraih pertumbuhan tanpa risiko volatilitas tinggi, MEDC bisa menjadi alternatif. Dengan pertumbuhan 12,3 persen, Medco Energi menggabungkan lini bisnis gas dan minyak dengan inisiatif hijau. Diversifikasi ini memungkinkan perusahaan tetap relevan dalam peta energi konvensional dan transisi hijau sekaligus.

Untuk profil konservatif, saham seperti PGAS dan PTBA menjadi pilihan yang masuk akal. PGAS, yang naik 6,8 persen YTD, memegang posisi penting dalam infrastruktur gas nasional dan menjadi pemain kunci dalam skenario energi bersih Indonesia. 

Sementara PTBA, meski masih bergelut di sektor batu bara, menunjukkan komitmen untuk berubah dengan masuk ke proyek pembangkit energi rendah emisi dan hilirisasi. Dengan pertumbuhan 4,1 persen, ditambah reputasi sebagai emiten pembagi dividen besar, PTBA cocok bagi investor yang mengejar kestabilan dan arus kas rutin.

Performa saham emiten hijau ini memperlihatkan bahwa pasar karbon bukan hanya instrumen kebijakan lingkungan, tetapi juga menawarkan peluang investasi yang konkret dan menjanjikan. Tentu, pemilihan saham tetap harus disesuaikan dengan profil risiko masing-masing investor—apakah ingin pertumbuhan tinggi dengan risiko besar, atau stabilitas dengan potensi cuan jangka panjang. 

Yang jelas, IDXCarbon kini bukan hanya arena regulasi dan lingkungan, melainkan juga medan baru yang potensial bagi investor masa depan.(*)