KABARBURSA.COM - PT Kencana Energi Lestari Tbk. (KEEN), emiten yang bergerak di sektor energi baru terbarukan (EBT), menatap optimistis kinerja tahun 2025 dengan target laba bersih sebesar USD11 juta atau sekitar Rp179,9 miliar, berdasarkan asumsi kurs Rp16.355 per dolar AS. Target ini didorong oleh ekspektasi pendapatan perusahaan yang diproyeksikan mencapai USD35,5 juta atau sekitar Rp580,6 miliar sepanjang tahun ini.
Direktur Utama KEEN Wilson Maknawi, mengungkapkan bahwa sebagian besar pendapatan tahun ini akan bersumber dari konstruksi proyek pembangkit listrik tenaga minihidro (PLTMH) Salu Noling yang berlokasi di Luwu Selatan, Sulawesi Selatan. Proyek strategis ini memiliki kapasitas sebesar 10 megawatt (MW) dan menjadi tulang punggung pendapatan konstruksi KEEN dalam periode berjalan.
Proyek ini tidak hanya memperkuat portofolio energi terbarukan perusahaan, tetapi juga menunjukkan komitmen KEEN dalam memperluas kontribusinya terhadap ketahanan energi nasional berbasis sumber daya bersih.
Selain mengandalkan pendapatan dari proyek berjalan, KEEN juga tengah agresif mengejar peluang baru. Perusahaan saat ini sedang mengikuti tender beberapa proyek energi terbarukan dengan total kapasitas lebih dari 100 MW.
Target ini mencerminkan strategi jangka menengah KEEN dalam memperluas jejaknya di industri EBT, seiring dengan meningkatnya dukungan pemerintah terhadap pengembangan energi hijau.
Tak hanya mengandalkan proyek baru, KEEN juga membuka peluang akuisisi terhadap sejumlah proyek pembangkit listrik yang belum beroperasi, sekaligus mempertimbangkan peluang lelang proyek yang dibuka oleh PT Perusahaan Listrik Negara (Persero) atau PLN.
Menariknya, perusahaan menyatakan tidak memiliki rencana untuk melakukan aksi korporasi seperti private placement, penerbitan obligasi, atau rights issue dalam waktu dekat. Wilson menyampaikan bahwa kebutuhan pembiayaan proyek tahun 2025 akan dipenuhi melalui kombinasi pendanaan dari ekuitas internal dan pinjaman, menunjukkan posisi keuangan yang relatif stabil serta kemampuan untuk mengelola ekspansi secara organik.
Namun, di balik rencana ambisius tersebut, performa keuangan terkini menunjukkan tantangan yang masih harus dihadapi. Berdasarkan data terakhir, KEEN mencatat pendapatan sebesar USD6,93 juta, namun masih mengalami rugi bersih sebesar USD6,59 juta dengan margin laba bersih negatif 95,15 persen.
EBITDA tercatat negatif USD2,44 juta dan beban operasional mencapai USD988,86 ribu. Tingkat pajak efektif pun tercatat negatif, yaitu -23,59 persen, yang mencerminkan adanya kondisi rugi pajak atau manfaat pajak tangguhan.
Data keuangan ini mencerminkan adanya beban yang cukup besar pada operasional perusahaan, kemungkinan akibat dari investasi besar-besaran pada tahap pembangunan proyek. Meski demikian, jika proyek Salu Noling dapat segera menghasilkan pendapatan dan KEEN berhasil memenangkan tender proyek tambahan, maka arah pembalikan menuju profitabilitas tampak cukup realistis.
KEEN kini berada di persimpangan penting: antara tantangan jangka pendek yang masih membayangi neraca keuangan dan prospek pertumbuhan yang terbuka lebar melalui strategi ekspansi dan diversifikasi proyek EBT. Dengan fokus yang konsisten terhadap pembangunan energi ramah lingkungan dan struktur pembiayaan yang hati-hati, KEEN berpeluang menjadi pemain utama dalam transformasi energi Indonesia menuju masa depan yang lebih hijau.
Perjalanan Hijau KEEN
PT Kencana Energi Lestari Tbk. (KEEN) merupakan salah satu pemain utama dalam sektor energi terbarukan di Indonesia yang terus memperluas kontribusinya terhadap bauran energi nasional. Sejak mencatatkan saham perdananya di Bursa Efek Indonesia pada 2 September 2019, perusahaan ini telah menunjukkan komitmen jangka panjang terhadap pengembangan pembangkit listrik berbasis air, dengan pendekatan bertahap namun progresif.
KEEN membangun pondasi bisnisnya melalui dua anak perusahaan utama: PT Bangun Tirta Lestari dan PT Energi Sakti Sentosa. Kedua entitas ini memiliki peran strategis dalam penyediaan energi bersih, tidak hanya untuk kalangan industri tetapi juga untuk kebutuhan rumah tangga.
Fokus utama mereka terletak pada pengembangan dan pengoperasian pembangkit listrik tenaga air (PLTA), yang menjadi tulang punggung pasokan energi KEEN.
Hingga saat ini, KEEN telah berhasil mengoperasikan tiga PLTA strategis. PLTA Pakkat di Sumatra Utara dengan kapasitas 18 megawatt (MW), PLTA Air Putih di Bengkulu yang menghasilkan 21 MW, serta PLTMH Madong di Toraja Utara, Sulawesi Selatan, yang memasok listrik sebesar 10 MW.
Ketiga proyek ini telah mendapatkan persetujuan dari PLN, memastikan bahwa seluruh energi yang dihasilkan terserap dalam jaringan listrik nasional. Hal ini menjadi bukti bahwa proyek KEEN tidak hanya memenuhi standar teknis, tetapi juga mendukung kebijakan pemerintah dalam transisi menuju energi berkelanjutan.
Namun KEEN tidak berhenti di situ. Perusahaan tengah mempersiapkan tiga proyek besar lainnya yang akan menjadi penopang pertumbuhan jangka panjang. Dua di antaranya berlokasi di Sulawesi Selatan, yaitu PLTA Kalaena dengan kapasitas besar 75 MW dan PLTA Salu Uro yang dirancang menghasilkan 90 MW.
Sementara itu, proyek PLTA Pakkat 2 di Sumatra Utara dirancang sebagai perluasan dari unit sebelumnya. Ketiga proyek ini, jika terealisasi sesuai rencana, akan secara signifikan meningkatkan total kapasitas terpasang perusahaan dan memperkuat posisinya di sektor energi terbarukan nasional.
Dalam hal tata kelola perusahaan, KEEN mencatatkan sahamnya di papan pengembangan Bursa Efek Indonesia, dengan total saham terdaftar sebanyak 3,66 miliar lembar. Dari jumlah itu, 733 juta saham merupakan bagian dari penawaran umum perdana (IPO), setara dengan 20 persen kepemilikan publik, yang menghasilkan dana sebesar Rp290,3 miliar.
Dividen Konsisten
Penawaran ini mendapat dukungan dari tiga penjamin emisi besar, yakni PT Bahana Sekuritas, PT Mirae Asset Sekuritas Indonesia, dan PT RHB Sekuritas Indonesia, serta biro administrasi efek dari PT Raya Saham Registra.
Meski tergolong sebagai perusahaan pengembang, KEEN telah menunjukkan konsistensi dalam membagikan dividen kepada pemegang saham. Tercatat dalam tiga tahun terakhir, dividen per saham terus mengalami peningkatan: dari Rp5,46 per lembar pada 2021, naik menjadi Rp6,50 pada 2022, dan terakhir Rp7,55 per lembar untuk tahun buku 2023 yang dibayarkan pada 8 Juli 2024.
Tren positif ini menjadi indikasi stabilnya arus kas perusahaan dan komitmen untuk memberikan nilai tambah bagi investor.
Dengan kantor pusat berlokasi di Menara Kencana, Jakarta, KEEN menempatkan dirinya sebagai entitas yang tidak hanya berorientasi pada pertumbuhan bisnis, tetapi juga keberlanjutan lingkungan. Portofolio proyek yang tersebar di berbagai wilayah Indonesia menunjukkan bahwa KEEN mampu menjangkau potensi energi air dari berbagai sumber, sekaligus berkontribusi terhadap pemerataan pembangunan infrastruktur energi di Tanah Air.
Di tengah meningkatnya perhatian global terhadap energi hijau dan keberlanjutan, perjalanan KEEN memperlihatkan sinyal positif. Dengan pendekatan yang terukur dan berfokus pada proyek-proyek strategis, KEEN berpeluang menjadi pemimpin di sektor energi terbarukan Indonesia dalam beberapa tahun ke depan.
Potensi Cerah tapi Perlu Perhatian pada Jangka Pendek
KEEN bergerak di sektor energi baru terbarukan (EBT), khususnya pembangkit listrik tenaga air (PLTA), yang sangat sejalan dengan arah kebijakan pemerintah untuk meningkatkan bauran energi hijau. Portofolio pembangkit yang sudah beroperasi dan proyek masa depan seperti PLTA Kalaena dan Salu Uro menunjukkan strategi pertumbuhan yang solid dan terarah. Apalagi, semua proyek KEEN sudah atau akan masuk dalam jaringan PLN, yang berarti pasar penjualan listrik sudah terjamin.
Selain itu, konsistensi dalam pembagian dividen dalam 3 tahun terakhir menandakan KEEN mampu menjaga arus kas yang sehat meskipun berada dalam fase ekspansi.
Jadi, prospek jangka panjang untuk KEEN bisa dibilang positif.
Walau demikian, kinerja keuangan jangka pendek KEEN masih menantang.
Data terbaru menunjukkan KEEN mencatatkan rugi bersih sebesar USD6,59 juta dengan marjin laba negatif (-95 persen). EBITDA juga negatif, dan beban operasional masih tinggi. Ini mengindikasikan adanya tekanan keuangan dalam jangka pendek, kemungkinan besar karena biaya konstruksi proyek baru yang belum menghasilkan pendapatan langsung. Dengan kata lain, saat ini KEEN sedang “bakar uang” untuk ekspansi.
Namun, target laba bersih USD11 juta pada 2025 dengan pendapatan USD35,5 juta, utamanya dari proyek Salu Noling 10 MW, memperlihatkan optimisme yang realistis. Jika proyek berjalan lancar dan sesuai target, potensi pembalikan arah ke profitabilitas sangat mungkin.
Rekomendasi Investasi: Spekulatif Buy
KEEN sangat menarik untuk investor yang berfokus pada jangka menengah hingga panjang, terutama mereka yang ingin memiliki eksposur pada sektor energi hijau.
Perusahaan memiliki pipeline proyek yang jelas dan strategis, serta hubungan yang kuat dengan PLN sebagai offtaker.
Namun, kinerja keuangan jangka pendek menunjukkan risiko yang harus dipantau, seperti efisiensi biaya dan kemampuan menyelesaikan proyek tepat waktu.
Jadi, KEEN cocok untuk investor dengan profil risiko menengah–tinggi. Adapun hal yang perlu diperhatikan adalah: hasil kinerja keuangan kuartal selanjutnya dan progres proyek PLTA Salu Noling.
Jika target laba 2025 tercapai, KEEN berpotensi mengalami rerating oleh pasar.(*)