Daftar Masuk
Navigasi Investasi Anda
Search

Emiten Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Dinilai Cyclical

Rubrik: Market Hari Ini | Diterbitkan: 15 July 2024 | Penulis: Hutama Prayoga | Editor: Redaksi
Emiten Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Dinilai Cyclical

KABARBURSA.COM - Emiten pariwisata dan ekonomi kreatif (parekraf) memiliki prospek yang cerah dengan sejumlah sentimen penopangnya.

Senior Economist Samuel Sekuritas, Fithra Faisal Hastiadi mengatakan siklus sektor parekraf itu masuk dalam kategori emiten  bersifat siklikal.

"(Siklikal) adalah dia yang mampu untuk berselancar dengan potensi pertumbuhan ekonomi," ujar Fithra dalam acara The Weekly Brief with Sandi Uno di Jakarta, Senin 15 Juli 2024.

Fithra menjelaskan, emiten parekraf juga memiliki kemampuan yang spesifik dan sektor ini bisa menjadi leading indikator pertumbuhan ekonomi Indonesia.

"Kita melihat ketika ada geliat dari kinerja emiten di parekraf, maka itu adalah leading indikator untuk pertumbuhan ekonomi," ungkapnya.

Beberapa waktu lalu Bursa Efek Indonesia (BEI) baru saja meluncurkan indeks terbaru yang bernama IDX Cyclical Economy 30.

IDX Cyclical Economy 30 merupakan  indeks yang bakal mengukur kinerja 30 saham cyclical berdasarkan sub sektor IDX Industrial Classification.

Fithra mengatakan salah satu emiten parekraf yang masuk ke dalam IDX Cyclical Economy 30 adalah dari sektor perfilman.

"Memang sektor ini adalah mampu membantu pertumbuhan ekonomi ke depan. Tidak hanya menjadi leading indikator, tetapi dia juga menjadi sumber pertumbuhan bahkan menjadi semacam sektor yang bisa Meng-offside  ketika ekonomi sedang turun," katanya.

Di sisi lain, Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) tengah melakukan upaya dalam mendorong penguatan indeks saham di sektor parekraf di tanah air.

Salah satu yang dilakukan Kemenparekraf adalah dengan melakukan pembentukan indeks khusus emiten yg bergerak di bidang parekraf.

Untuk mengimplementasikan itu, Kemenparekraf bekerjasama dengan PT. Samuel Sekuritas Indonesia untuk memperkuat indeks saham di sektor pariwisata dan ekonomi kreatif Indonesia.

Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf), Sandiaga Uno, mengatakan kolaborasi ini bertujuan untuk mengedukasi pemangku kepentingan parekraf terkait investasi di sektor parekraf yang ada di Bursa Efek Indonesia.

“Maka melalui kerja sama dengan Samuel Sekuritas ini bisa kita arahkan sehingga ada masukan, nasehat, atau semacamnya agar mereka bisa mengakses pasar modal, kami juga ada Direktorat Akses Pembiayaan yang akan menindaklanjuti kerja sama ini,” kata Sandiaga.

Adapun Ruang lingkup kesepahaman bersama meliputi pembentukan daftar emiten pariwisata dan ekonomi kreatif, pembahasan emiten pariwisata dan ekonomi kreatif, peluang emiten pariwisata dan ekonomi kreatif di pasar modal, dan kerja sama atau kegiatan lain sesuai dengan tugas dan fungsi masing-masing pihak.

Sandiaga berharap, kerja sama yang terjalin ini bisa meningkatkan investasi di sektor pariwisata dan ekonomi kreatif guna mendorong pertumbuhan ekonomi nasional.

Kerja sama ini juga diharapkan bisa mengakselerasi para pelaku usaha pariwisata dan ekonomi kreatif untuk dapat melantai di Bursa Efek Indonesia dengan skema penawaran umum perdana atau yang lebih dikenal dengan nama Initial Public Offering (IPO).

Beberapa waktu lalu Sandiaga menegaskan bahwa Indonesia membutuhkan lebih banyak investasi di sektor pariwisata untuk mencapai pertumbuhan yang berkelanjutan.

Dalam Forum Internasional Investasi Pariwisata 2024 yang berlangsung di Jakarta pada Rabu, 5 Juni 2024, Sandiaga menyampaikan data yang menunjukkan realisasi investasi di sektor pariwisata pada tahun 2023 sebesar USD3.604 juta atau sekitar Rp58,64 triliun.

Namun, ia mencatat bahwa 80 persen dari investasi tersebut terkonsentrasi pada hotel berbintang, restoran, kafe, serta pusat kebugaran.

Pada kuartal pertama 2024, realisasi investasi di sektor pariwisata mencapai USD943,40 juta (sekitar Rp15,35 triliun) dari target USD3.000 juta (sekitar Rp48,91 triliun).

Investasi tersebut sebagian besar dialokasikan pada hotel berbintang, restoran, dan hotel apartemen.

“Kita butuh lebih banyak investasi di ekosistem, termasuk pengembangan produk pariwisata berkelanjutan dan pariwisata berbasis masyarakat yang inklusif,” kata Sandiaga.

Ia menambahkan bahwa Indonesia membutuhkan investasi lebih dari USD15 miliar hingga USD20 miliar untuk mendukung pariwisata berkelanjutan.

Pengaruhnya Kecil

Indonesia bakal kedatangan banyak band dan musisi internasional pada Mei 2024. Hal ini membuat emiten pariwisata mendapat sorotan.

Analis pasar modal, Hary Suwanda menyebut sebenarnya sektor pariwisata secara umum tidak terlalu terpengaruh terhadap kondisi Makro Ekonomi.

“Emiten pariwisata secara umum adalah emiten yang tidak terlalu terpengaruh terhadap kondisi makro ekonomi,” ujar dia kepada Kabar Bursa, Kamis 2 Mei 2024.

Hary mengatakan emiten pariwisata bisa berpengaruh seperti adanya Pandemi Covid-19 yang terjadi beberapa tahun lalu. Menurutnya ketika pulih dari pandemi tersebut, maka sektor pariwisata mulai menggeliat.

“Dan growing, namun yang penting perhatikan likuiditas emiten-emitennya,” ucapnya.