KABARBURSA.COM - Ekonom muda memprediksi inflasi Juni bakal naik tipis dibandingkan bulan sebelumnya. Kenaikan ini dipicu oleh harga makanan, minuman, dan transportasi.
"Juni ini inflasi tipis, gak banyak faktor yang mendorong. Faktor utamanya sih harga makanan, minuman, dan transportasi," jelas Mohammad Faisal, Direktur Eksekutif Core, kepada media, Senin 1 Juli 2024.
Faisal menambahkan, inflasi biasanya tinggi saat Ramadan-Lebaran dan akhir tahun. Tapi, dia bilang inflasi Juni 2024 bisa melonjak tinggi kalau pemerintah menaikkan harga BBM.
"Bisa jadi setelah Juni, ada sinyal kenaikan BBM subsidi yang bisa bikin inflasi tembus 3 persen, kayak tahun 2022 yang mencapai 5 persen," ujarnya.
"Kalau sampai akhir tahun, dengan asumsi tidak ada kenaikan harga BBM atau barang energi bersubsidi, inflasinya diprediksi **2,75 persen-3 persen," tambahnya.
Beda dengan Faisal, Analis Senior Indonesia Strategic and Economic Action Institution, Ronny P Sasmita, justru memprediksi deflasi alias penurunan IHK secara bulanan.
Alasannya, permintaan sedang melemah dan harga sudah mulai stabil, terutama untuk komoditas pokok dan barang konsumsi lainnya. "Tapi secara tahunan (year on year) masih berpotensi ada kenaikan harga atau inflasi," kata Ronny.
Menurut Ronny, IHK Juni tahun ini terutama dipicu oleh bahan makanan, minuman, dan rokok. Ditambah lagi, ada ancaman kenaikan harga barang lain karena nilai tukar rupiah melejit dan rencana kenaikan harga BBM di bulan Juli.
"Dua hal ini bisa bikin harga naik masif, jadi pemerintah harus hati-hati soal rencana kenaikan BBM dan serius menstabilkan kurs rupiah ke level moderat," katanya.
Harga makanan dan minuman di tahun 2024 mengalami kenaikan dibandingkan tahun 2023. Kenaikan ini terjadi secara bertahap dan bervariasi antar daerah.
Kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) di Juli diprediksi bakal mempengaruhi harga makanan dan minuman di tahun 2024 menjadi isu krusial yang berdampak luas bagi masyarakat Indonesia. Meningkatnya biaya transportasi: Biaya angkut sembako, bahan baku, dan produk jadi naik, yang berimbas pada kenaikan harga barang dan jasa secara keseluruhan.
Kenaikan harga BBM memicu inflasi, mengurangi daya beli masyarakat, terutama golongan menengah ke bawah. Penurunan mobilitas: Biaya transportasi yang tinggi dapat membatasi mobilitas masyarakat, menghambat aktivitas ekonomi, dan meningkatkan kesenjangan sosial.
Dampak Kenaikan Harga Makanan Minuman, harga makanan dan minuman pokok naik, membebani pengeluaran rumah tangga, dan mempersulit akses terhadap kebutuhan pangan, masyarakat dengan daya beli rendah terancam kekurangan gizi karena kesulitan membeli makanan bergizi, kenaikan harga pangan yang signifikan dapat memicu keresahan sosial dan konflik di masyarakat.
Ekonom memprediksi inflasi akan naik tipis di bulan Juli, dengan harga makanan, minuman, dan transportasi sebagai faktor pendorong utama. Kenaikan harga BBM non-subsidi berpotensi memicu inflasi tinggi dan mengurangi daya beli masyarakat. Pemerintah perlu mempertimbangkan berbagai aspek sebelum memutuskan menaikkan harga BBM, seperti dampak sosial dan ekonomi, stabilitas harga, dan kemampuan masyarakat.
Menteri ESDM, Arifin Tasrif, menyatakan bahwa penyesuaian harga untuk BBM non-subsidi bisa saja terjadi mulai Juli 2024. Pemerintah menyiapkan beberapa program untuk menekan dampak kenaikan harga BBM, untuk membantu masyarakat miskin dan rentan, memperluas jangkauan dan nilai bantuan, menstabilkan harga bahan pokok, meningkatkan kemandirian pangan nasional.
Hingga 1 Juli 2024, belum ada kenaikan harga BBM subsidi Pertamina. Harga BBM subsidi seperti Pertalite masih dibanderol Rp 10.000 per liter. Begitu pula dengan Solar subsidi yang dipatok Rp 5.150 per liter.
Namun, untuk BBM non-subsidi, beberapa SPBU swasta telah menaikkan harga per Juli 2024:
Februari 2024:
April 2024:
Juni 2024: