Daftar Masuk
Navigasi Investasi Anda
Search

Rupiah Sore Melejit 0,14 Persen Usai AS Rilis Data Naker

Rubrik: Market Hari Ini | Diterbitkan: 06 June 2024 | Penulis: Yunila Wati | Editor: Redaksi
Rupiah Sore Melejit 0,14 Persen Usai AS Rilis Data Naker

KABARBURSA.COM - Mata uang Rupiah mengalami lonjakan signifikan terhadap Dolar Amerika Serikat (AS) setelah rilis data tenaga kerja AS. Menurut Ariston Tjendra, pengamat pasar uang, data Non Farm Payrolls (NFP) versi ADP menunjukkan penurunan di bulan Mei 2024 yang di bawah perkiraan pasar.

Pada penutupan perdagangan Kamis 6 Juni 2024, nilai tukar Rupiah melonjak 24 poin atau 0,14 persen, berada di level Rp 16.263 per Dolar AS, dari sebelumnya di level Rp 16.287 per Dolar AS.

"Aktivitas Dolar AS mengalami pelemahan karena data tenaga kerja AS Non Farm Payrolls (NFP) versi ADP bulan Mei menunjukkan penambahan di bawah ekspektasi pasar, sehingga Rupiah berpotensi menguat hari ini," kata Ariston dalam analisisnya.

Data NFP AS versi ADP untuk Mei 2024 tercatat sebesar 152 ribu, di bawah ekspektasi pasar sebesar 173 ribu, dan di bawah posisi sebelumnya di April 2024 yang mencapai 188 ribu.

Ariston menjelaskan, Rupiah masih menghadapi tekanan terhadap Dolar AS secara keseluruhan. Ini karena ketidakpastian pasar tentang kemungkinan pemotongan suku bunga acuan AS dalam waktu dekat.

Komentar dari pejabat The Federal Reserve (The Fed) dan notulen rapat moneter AS sebelumnya memberikan peluang untuk kenaikan suku bunga acuan AS.

“Tidak hanya itu, ketidakpastian ekonomi di Timur Tengah dan Ukraina juga mendukung penguatan Dolar AS sebagai salah satu aset aman,” tambahnya.

Kurs Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) Bank Indonesia pada hari Kamis juga naik ke level Rp 16.279 dari sebelumnya di posisi Rp 16.282 per Dolar AS. Hal ini menunjukkan kecenderungan serupa dalam penilaian Dolar AS terhadap Rupiah di pasar valuta asing. Dengan lonjakan Rupiah terhadap Dolar AS, situasi pasar keuangan domestik bisa menjadi lebih stabil, dengan harapan mengurangi tekanan inflasi dan mendukung pertumbuhan ekonomi nasional.

Peluang Rupiah Naik Meningkat

Peluang penguatan mata uang Rupiah terhadap Dolar Amerika Serikat (AS) mengalami peningkatan pada Kamis, 6 Juni 2024. Menurut analis Finex Brahmantya Himawan, potensi penurunan suku bunga The Federal Reserve (The Fed) pada tahun 2024 menjadi faktor utama yang mendorong penguatan Rupiah.

Nilai tukar Rupiah pada perdagangan hari ini dibuka naik dua poin atau 0,01 persen, mencapai Rp16.285 per Dolar AS, dibandingkan dengan sebelumnya yang berada di level Rp16.287 per Dolar AS.

"Rupiah masih memiliki potensi untuk menguat karena adanya indikasi penurunan suku bunga The Fed yang diperkirakan akan terjadi tahun ini, sebagai tanggapan terhadap data ekonomi AS yang menunjukkan perlambatan," ungkap Brahmantya dalam analisisnya.

Dia menyoroti data indeks harga belanja personal (PCE) inti AS yang menurun sebesar 0,2 persen pada April 2024. Angka ini lebih rendah dibandingkan dengan bulan sebelumnya, yang mencapai 0,3 persen pada Maret 2024.

Penurunan ini menandai tingkat kenaikan yang terendah sejak awal tahun ini dan berada di bawah ekspektasi pasar.

Selanjutnya, laporan Biro Statistik Tenaga Kerja AS (BLS) pada Selasa, 4 Juni 2024 malam mengumumkan data pekerjaan dengan analisis JOLTS pada April 2024 yang juga mengecewakan.

Jumlah lowongan pekerjaan pada bulan tersebut mengalami penurunan sebesar 296.000 dari bulan sebelumnya menjadi 8,059 juta. Angka ini merupakan yang terendah sejak Februari 2021 dan tidak memenuhi konsensus pasar sebesar 8,34 juta.

"Ini menandakan bahwa ekonomi AS sedang mengalami perlambatan yang dapat mengakibatkan pelemahan Dolar AS," tambahnya.

Dari sisi dalam negeri, Bank Indonesia (BI) pada April 2024 menaikkan suku bunga secara tiba-tiba untuk mendukung Rupiah. Namun, bank sentral tersebut mempertahankan suku bunga tetap stabil pada bulan lalu, dengan mempertimbangkan inflasi yang terkendali dan stabilitas Rupiah.

“Meskipun begitu, di tengah gejolak global, BI terus berupaya menjaga nilai tukar Rupiah dengan melakukan intervensi di pasar valuta asing dan menaikkan suku bunga bank sentral untuk menanggulangi arus keluar modal asing,” ujar Brahmantya.

Dia memperkirakan bahwa Rupiah akan menguat menuju Rp15.900 per Dolar AS, karena The Fed diperkirakan akan mulai memangkas suku bunga kebijakan utamanya sebesar 25 basis poin (bps) pada akhir tahun. Penurunan ini kemungkinan akan diikuti dengan total 50 bps pada paruh pertama tahun 2025, berdasarkan data ekonomi AS saat ini.

Gubernur The Federal Reserve (The Fed) Jerome Powell, kembali menyoroti perlambatan laju inflasi di Amerika Serikat (AS), yang ternyata menurun lebih lambat daripada yang diperkirakan sebelumnya. Sebagai respons terhadap situasi tersebut, bank sentral akan berhati-hati dalam menurunkan suku bunga dalam jangka waktu yang lama.

Pernyataan tersebut disampaikan oleh kepala bank sentral tersebut dalam rapat umum tahunan Asosiasi Bankir Asing di Amsterdam, Belanda. Powell secara tegas menegaskan bahwa meskipun ada tekanan untuk menurunkan suku bunga lebih cepat, The Fed akan menjaga kewaspadaannya dan tidak terburu-buru dalam mengambil langkah tersebut.

Perlambatan inflasi yang lebih lambat dari perkiraan menandakan bahwa ekonomi AS masih berada dalam kondisi yang rentan dan tidak stabil. Hal ini mendorong bank sentral untuk tetap mempertahankan kebijakan moneter yang akomodatif, meskipun dihadapkan pada tekanan untuk menyesuaikan suku bunga.

Komentar Powell di Amsterdam mencerminkan kehati-hatian yang diperlukan dalam menghadapi kondisi ekonomi yang kompleks saat ini. Meskipun ada harapan untuk pemulihan ekonomi yang lebih cepat, The Fed memilih untuk tetap memonitor situasi dengan cermat dan mengambil langkah-langkah yang tepat sesuai dengan perkembangan yang terjadi.

Keputusan untuk tidak menurunkan suku bunga dalam jangka waktu yang lama menunjukkan bahwa The Fed berkomitmen untuk menjaga stabilitas ekonomi dan keuangan, serta mencegah risiko yang dapat mengganggu pemulihan ekonomi. Langkah-langkah ini diharapkan dapat memberikan kepastian dan kepercayaan kepada pasar, serta mendukung pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan di AS.(*)